Selasa, 10 Januari 2012

Waspada Sampah Satelit Rusia 13 Ton Bisa Jatuh di RI

phobos-russia.jpgReruntuhan pesawat antariksa buatan Rusia Phobost-Grunt berukuran 4×4 meter seberat 13,2 ton akan jatuh di areal 51,4 derajat Lintang Utara sampai 51,4 derajat Lintang Selatan. Di rentang luas wilayah itu, Indonesiatermasuk salah satu negara yang kemungkinan akan menerima runtuhan pesawat yang gagal ke Mars itu. 

“Rentang area itu sangat luas. Ada China, Benua Amerika, Benua Afrika, sebagian besar Asia, Eropa, termasuk Indonesia,” kata Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, dalam perbincangan denganVIVAnews.com,Jumat 6 Januari 2012. 

Posisi benda angkasa itu saat ini diperkirakan berada pada 200 kilometer dari permukaan bumi. Pada posisi di jarak itu, sampah antariksa itu akan mengitari bumi setiap 89 menit. 

“Nanti, bila sudah pada jarak 120 kilometer dari permukaan bumi maka hanya dalam hitungan beberapa menit akan jatuh,” kata pria yang akrab disapa Djamaluddin ini. 

Seberapa besar kemungkinan itu jatuh di Indonesia? “Kemungkinan tetap ada. Tapi kecil, karena dari rentang area itu sebagian besar adalah lautan dan hutan. Posisi pasti akan diketahui dua jam sebelum benda itu jatuh,” ujar Djamaluddin. 

Djamaluddin menyebut benda ini runtuhan pesawat antariksa, bukan runtuhan satelit. Alasannya, benda yang jatuh itu adalah benda pengangkut muatan ke Mars yang diluncurkan pada 9 November 2011. 

Pesawat ini mengangkut dua muatan, yakni dari China dan milik Asosiasi Peneliti Planet. Misinya mengambil contoh tanah di salah satu satelit Rusia, Phobos. Tetapi, kemudian misi ini gagal. Pesawat tidak bisa mencapai Mars hanya mengitari angkasa. 

“Diprediksi benda itu akan jatuh pada 16 Januari 2012. Kemungkinan jatuh di Indonesia adalah 1 : 100.000, itu bisa lebih kecil lagi kemungkinannya,” ujar pria yang juga menjabat Deputi Bidang Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan ini.



Sekitar 19 Ribu Sampah Antariksa

Apakah sampah di luar angka itu masih banyak? Banyak sekali. Setidaknya sekitar 18 hingga 19 ribu sampah. Rupa-rupa ukuran. Dari sekepalan tangan hingga sampah satelit berukuran raksasa.
Selama ini, yang menjadi perhatian para ahli adalah sampah berukuran raksasa. Misalnya, bangkai roket dan satelit, seperti saat satelit milik Amerika Serikat, Upper Atmosphere Research Sattelite (UARS), yang jatuh ke bumi akhir September lalu.
Berapa kecepatannya menghujam ke bumi? Setiap sampah beda-beda. Tapi sangat cepat. Rata-rata 8.000 kilometer per detik. Lantaran begitu cepat, lembaga pengamatan antariksa cuma bisa mengamati. Sulit mengantisipasi.
Meski orbit satelit memiliki lajur yang teratur, Thomas mengingatkan agar Indonesia tetap mewaspadai jatuhnya sampah antariksa. Apalagi, Indonesia berada di garis ekuator, wilayah yang sering dilalui orbit satelit.

Lantaran sering dilalui orbit satelit itu, sampah itu sudah beberapa kali jatuh di Indonesia. Sejauh ini, setidaknya sudah ada tiga roket antariksa yang pernah jatuh di wilayah Indonesia.  Tahun 1981 jatuh di Lampung. Tahun 1988 jatuh di Gorontalo. Dua sampah itu merupakan tabung roket milik Uni Soviet, negara yang kini berganti nama menjadi Rusia.
Yang terbaru adalah sampah yang jatuh di Bengkulu tahun 2003. Sampah yang terakhir itu adalah pecahan roket China. Dari semua sampah yang jatuh itu, lanjut Thomas yang menjadi Profesor Riset Astronomi-Astrofisika di Lapan ini, tidak ada yang melukai penduduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

;